IX. KENAPA AJARAN YESUS BANYAK MENDATANGKAN SENGKETA?

Siapapun yang berpendapat begitu. ia adalah orang yang tersesat atau yang disesatkan. Ajaran Yesus bukan mendatangkan sengketa, namun manusia-manusia kotor jelas tidak menyambut apa yang suci dan luhur. Dengan beberapa contoh ajaran Yesus yang kita pilihkan disini, kita akan segera melihat bahwa banyak orang telah menfitnah ajaranNya semata-mata karena tidak tahan menghadapi keluhuran-ajaran Yesus yang selalu akan mendakwa batin-batin yang fasik! Mari kita simak cerdas dan kritis.

Yesus meng-adilkan hak-pembalasan (qisas) dengan azaz pengampunan

Yesus meredam semua kebencian dan ke dengan kasih yang paling menyentuh. Dia menolak hak qisas. yaitu hak pembalasan-dendam (Lex talionis) yang setimpal “mata ganti mata. gigi ganti gigi”. Yesus menyentakkan dunia ketika la meng-counter hak qisas ini dengan berkata: “Siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu …. kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (lihat Matius 5:38-42)

Tindak kekerasan yang menghalalkan pedang telah ditolak oleh Yesus. Ia bukan melarang menurut gaya Taurat, melainkan dalam konteks nubuat yang ternyata benar. otoritatif. sekaligus indah: “Masukkan pedang itu kembali ke sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang” (Matius 26:52).

Sebaliknya orang men-agungkan pembalasan” ini karena pikiran logisnya merasakan “semacam keadilan” untuk menghukum kejahatan seseorang dengan bobot pembalasan yang se impal. Namun bisakah bobotnya disamakan ditengah tengah kemarahan yang bernyala-nyala? Bukankah ia akan membalas lebih dan tidak terukur? Dan bisakah keparahan dan kedalaman pembalasannya dibuat sama persis dengan yang dideritainya? Dan bisakah manusia mengatakan secara pasti bahwa “aku berhak membalas karena aku dizalimi” sementara lawannya juga berkata “akulah yang difitnah dan yang dizalimi, sehingga aku membalas”? Perang Palestina melawan Israel seperti sekarang ini membuktikan rancunya siapa yang membalas dan siapa yang dibalas, dan bagaimana mustahilnya mengadi1kan rumusan satu ganti satu untuk mata, gigi. bengkak, nyawa dan sete-rusnya secara persis’ Itu lingkaran setan yang paling destruktif yang tak ada habisnya. Dan memang setan-lah yang paling dipuaskan dengan hal tersebut. Setan mengkompori nafsu pembalasan manusia yang ber-watak dendam, dan sejarah mencatat runtuhnya peradaban naluri kebinatanqan!

Keadilan yang kadaluarsa
Banyak orang tidak menyadari bahwa “keadilan” lex talionis yang berlandaskan kekerasan ini (non-kasih) justru sesuatu yang sudah tidak adil lagi, dan tidak bisa dipertanggung jawabkan karena berhakekat destruktif. Kini ada keadilan baru dan sejati yang diperkenalkan oleh Yesus.

Perhatikan bahwa Injil mengatakan. bahwa hukum Taurat (termasuk hak qisas ini) berlaku sampai kepada zaman Yohanes Pembaptis saja. dan SEJAK waktu itu Kerajaan Allah (dalam anugerah Yesus) itulah yang diberitakan orang (Lukas16:16). Berita Kerajaan Allah sekarang bukan lagi memberitakan hukum-hukum. melainkan Injil Kristus (Injil Salib) yang telah menggenapi hukum-Taurat, karena “Kristus adalah kegenapan hukum Taurat” (Roma 10:14). Yesus telah menyelamatkan vonis kematian manusia dengan membayar harga Taurat. “nyawa ganti nyawa”. la mengampuni dan menebus dosa kita dan menganugerahkan” hidup kembali” (Yohanes11:25) bagi setiap yang meminta kepadaNya. Sejak itulah Yesus menggenapi keadilan lama (terutang nyawa) dengan keadilan baru (terbebas utang). Dari “nyawa ganti nyawa” menjadi AMPUN GANTI AMPUN:

“Kamu harus mengampuni karena kamu sudah diampuni.
“Kamu diampuni. karena kamu mengampuni. “Kamu harus mengampuni, jikalau kamu ingin diampuni (Lukas 6:37, Matius 18:33.35, Kolose 3:13, Efesus 4:32).

Tak ada dasar alasan kita lagi untuk tidak mengampuni sesama kita, kalau kita disuruh oleh Dia yang telah mengampuni SELURUH nyawa kita, Yesus memberikan satu perumpamaan tentang Kerajaan Sorga yang mengadakan perhitungan tentang hutang manusia. Kepada seseorang yang berhutang 10.000 talenta kepada raja, akhirnya dihapuskan hutangnya karena bertubi-tubi nya dia minta penangguhan hutang kepada sang raja. Tetapi setelah dibebaskan dari hutang, orang ini malahan ternyata tidak bermurah hati kepada seorang kawannya yang berhutang kepadanya. walau kawan ini telah sujud menyembah memohonkan penundaan pelunasan hutangnya yang cuma 100 dinar. Temannya malahan ditangkap dan dicekik dan akhirnya dijebloskan kedalam penjara. Maka sang raja menyuruh memanggil orang yang dilunaskan hutangnya itu dan berkata: “Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku Bukankah engkaupun harus mengasihi kawanmu seperti aku telah mengasihi engkau? Maka marahlah sang raja itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo …. Maka BapaKu yang disorga akan berbuat demikian Juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu” (Matius 18:21-35, lihat artikel mengampuni-vt699.html#p1628 ).

Yesus mengajari kita berdoa saling ampun-mengampuni dalam hadiratNya yang benar:
“Bapa kami yang disorga…ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami” (Matius 6: 12, lihat doa-bapa-kami-vt290.html#p626). Bukankah itu sungguh-sunguh adil, universal, mulia, konstruktif keluar dari peradaban dendam dan bedebah, yang sekaligus memberikan rahmat bagi peradaban manusia?

Taurat sudah digenapi! Namun meninggalkan sebuah pertanyaan besar dan aktuil yang perlu kita jawab bersama: Kenapa hukum “pembalasan-kekerasan” yang sudah dipikul dan digenapi oleh Yesus dengan harga yang begitu mahal dan mengharukan itu, kini mau dimundurkan lagi, dan malahan dihidupkan dengan mengatas namakan Allah oleh manusia teroris? Kenapa nama Allah dapat dibajak menjadi algojo atas sesama? Itukah cara membangun dunia yang tentram atas nama keadilan “satu lawan satu”? Ataukah justru cara mempunahkan dunia sebelum waktunya?

Artikel terkait :
DITAMPAR PIPI KANAN, BERIKAN PIPI KIRI, di ditampar-pipi-kanan-berikan-pipi-kiri-vt371.html#p788
HUKUM KASIH, di hukum-kasih-vt344.html#p746

Penggenapan “hukum-pembalasan” dengan “hukum¬pengampunan”. bukanlah teori ajaran Yesus yang tidak tahu keadilan atau kelewat muluk, namun itu justru didernonstrasikan oleh Yesus pada detik-detik terakhir dari hidupNya sebagai manusia yang paling tahu dan prihatin atas keadilan dan kebenaran! Dengarkanlah kata-kata pengampunan Yesus yang terbesar sepanjang masa, dari atas tiang salib yang ditujukan kepada para pembunuhNya: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34).

Sebaliknya. kepada mereka yang tidak mau mengampuni, Yesus-pun mampu dan konsekwen memperingatkan suatu “keadilan yang keras”: “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang. Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalehanmu”(Matius 6: 15).

Dengan hukum ini, jelaslah sudah bahwa semua para teroris yang melampiaskan pembunuhan, samasekali bukanlah martir alau syuhada. Mereka bukan mati sahid, namun mati yang paling konyol, dan yang paling dilaknati Tuhan tanpa ampunan.

Bunuh-diri adalah pembunuh
Sesungguhnya pembom-bunuh-diri bahkan bukanlah membunuh-diri, tetapi membunuh manusia masal yang tak bersalah. lt is not a suicide, it is a murder! Seluruh manusia kini terlibat dalam dampak pembunuhan teror ini. Maka dunia perlu tahu secara terbuka bagaimana ajaran kesyuhadaan dari guru & si pembunuh (yang mengatas namakan Allah) itu dalam mempertanggung jawabkan nyawa-nyawa tak bersalah yang dibunuhinya!? Dan seberapa jauh para-guru ini telah memberi teladan nyata memerintahkan dirinya dan anak-anak kandungnya sendiri menjadi “pembunuhan suci” penuh pahala ini, dibarisan terdepan? Tiba saatnya bahwa ajaran kesyuhadaan dari pembunuhan-suci yang menyangkut kepentingan global itu kini dituntaskan agar tidak menjadi “misteri agama” yang mudah dikasak-kusukkan oleh hanya segelintir manusia.

Mereka melampiaskan kebencian dan dendam dengan jiwanya yang buta. lalu membunuh secara buta dengan tubuhnya. Tubuh dan jiwa buta demikian tak akan diterima oleh satupun manusia yang beradab, apalagi Allah, pemilik tubuh dan jiwa orang-orang yang dibunuhil Itulah kebinasaan teroris yang sia-sia, karena berlandaskan non-kasih kepada obyeknya. melainkan kebencian. Dan Alkitab lelah memperingatinya secara konfrontatif:
“Dan sekelipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku (sedekah. persepuluhan dll), bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar (bunuh diri kemartiran dll), tetapi jika aku tidak mempunyai kasih: sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku” (1 Korintus 13:3). “(Jika ayat ini dipahami) Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, tentu kamu tidak menghukum orang yang tidak bersalah” (Matius 12:7).

Disini Yesus menuding orang-orang yang ngotot ingin menghukum orang lain (yang tak bersalah) semata-mata karena mereka tidak cukup memahami kebenaran firman Allah yang sesungguhnya.

Apabila Anda tetap nekad melakukan pembalasan pembunuhan. maka sesungguhnya Anda akan menerima dua murka Allah yang amat serius, yaitu murka karena pembalasan, dan murka karena pembunuhan.

Pertama, pembalasan demikian berarti bahwa Anda mencuri dan merampas haknya Allah untuk membalas (apalagi membunuh). sebab ada tertulis: “Pembalasan itu adalah hak-KU Akulah yang akan menuntut pembalasan” (Ibrani 10:30).

Kedua, sipembunuh demikian tidak akan mendapatkan hidup kekekalan: ‘Tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal didalam dirinya” (1 Yohanes 3: 15). Jadi waspadalah! Hikmat, kekudusan dan kebenaran Tuhan paling mudah tercuri lewat kemarahan dan kebencian!

Yesus memurnikan hukum pembunuhan dan perzinahan

PEMBUNUHAN :

Yesus memurnikan hukum pembunuhan dan perzinahan. Dari fisikal menjadi moral-spiritual Yesus mencanangkan revolusi moral-etika kelika la memurnikan moral sampai kepada sumbernya. BagiNya, dosa bukan dimulai dari perbuatan, tetapi dari wacana pikiran, perasaan dan kehendak Yesus menggandengkan perbuatan pembunuhan dengan kemarahan/ kebencian hati. Kedua-duanya harus sama mendapatkan penghukuman, la berkata:

“Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: ‘Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum ‘. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum” (Matius 5:21-22 )

Perhatikan disini betapa Yesus berani-beraninya “meningkatkan” standar moral terhadap apa yang difirmankan Allah dalam Sepuluh Perintah yang begitu berwibawa itu. Yesus memperhadapkan “apa kata firman Allah” dengan “apa kata Yesus”. Itu jelas tidak bisa dilakukan oleh “Akunya” Yesus dengan otoritas yang kurang dari Allah!

Kemarahan dan kebencian adalah akarnya pembunuhan.
Dan iblis adalah bapaknya si pembunuh.
Bagi Yesus, bukan saja pembunuhan, namun bahkan akarnya – yaitu kemarahan dan kebencian dari dalam hati – itulah yang harus diusut, dan itu pulalah yang harus dibasmi dan dihukum. Yesus sama sekali tidak bertoleransi terhadap kejahatan pembunuhan, apapun alasannya, siapapun Allahnya yang diatas-namakan! Ia berkata: “Iblislah yang menjadi baparmu, ia adalah pembunuh manusia sejak semula.” (Yohanes 8:44).

Maka kita perlu bertanya kepada diri sendiri dalam kemurnian hati: .. Apakah ajaran agamaku mengizinkan aku membunuh?”

Sebab setiap ajaran yang tidak bisa tegas-tegas menjawab pertanyaan ini secara lurus. tak akan mampu meluruskan “penafsiran-pintar” dari orang-orang yang merelatifkan dan mengkondisional-kan hukum Tuhan. Dan itu akan selalu ditandai dengan penghalalan darah atas nama Tuhan, dan dinamai pembunuhan-suci! Dalam kekusutan dan hiruk-pikuk pro dan kontra terhadap “pembunuhan-suci” ini, nama Tuhan yang Maha-Kudus tidak akan pernah terjaga dari kekudusan. Namun pada ajaran Yesus, permasalahannya hanya satu. dan sangat bening dan lurus menunjuk kepada KEMURNIAN SUMBERNYA!

PERZINAHAN :

Begitu juga dengan perzinahan. Tidak melakukan zinah belumlah cukup bagi hukum Yesus, tetapi manusia tidak boleh pula berzinah dari sumbernya. yaitu dari dalam hati dan pikirannya yang penuh nafsu. “Kamu telah mendengar firman: ‘jangan berzinah’. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya. sudah berzinah dengan dia didalam hatinya” (Matius 5: 27-28).

Dan cukup menyentakkan ketika Yesus melanjutkan ayat tersebut dengan ayat 29, yang amat tajam hukumannya:

“Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau (memandang perempuan dalam keberahian). cungkillah dan buanglah itu. karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka “. (Matius 5:27-30, lihat artikel di cungkil-mata-karena-berzinah-matius-5-27-30-vt370.html#p787 )

Dengan kata-kata metaforis ini. Yesus yang biasanya lemah-lembut itu sekali ini ingin menyampaikan pesan keras mengenai tanggung jawab pihak pria dalam kaitannya dengan potensi zinah yang bisa diakibatkan oleh ulah-matanya yang “keranjanq” (mata jelalatan melihat perempuan). Tanggung jawab ini harus tegas-tegas dipikulkan kepada sumber dirinya yang mendatangkan dosa berahi baginya, yaitu dengan “merombak dari dalam dirinya sendiri secara drastis”.

Yesus tidak secara sepihak membebankan pihak perempuan untuk menutup auratnya (seluruh tubuhnya) karena keberdosaan mata si laki-laki. Namun pihak laki-lakilah yang pertama-tama harus mempersoalkan matanya sendiri.

Sekalipun Yesus mengerti akan kelemahan mata laki-laki, yang tidak pantas diexploitasi pihak perempuan, namun dimanapun. Yesus selalu menuding keritik sumbernya. dan tidak memberi peluang bagi sipendasa untuk meng-kilahkannya kepada pihak lain atau “dunia-luar”.

Yesus mendamprat orang-orang yang hanya pandai menuding kesalahan orang luar. itu disebutNya sebagai munafik. “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu. maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu (orang lain)” (Lukas 6:42). Dan Ia mengingatkan tanggung jawab mata bagi setiap pemiliknya, karena matalah yang akan memberi dampak kepada keseluruhan jiwa-raga kita: “Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu” (Matius 7:S; Lukas 11:34).

Kesalahan Adam ditaman Eden jangan terulangi lagi. Adam seharusnya langsung mengakui kesalahannya. dan tidak melemparkannya kepada Hawa yang melemparkannya lagi kepada ular! Yesus minta kita masing-masing, laki dan perempuan tanpa kecuali. berjuang drastis kedalam, tidak menjadi batu sandungan yang satu terhadap yang lain, dan berdoa untuk mendapatkan kekuatan dan kelepasanNya:

“Bapa kami yang di sorga …. janganlah membawa kami kedalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami daripada yang jahat” (Matius 6:13).

Artikel terkait :
YESUS MEMURNIKAN HUKUM PEMBUNUHAN DAN PERZINAHAN
DARI FISIKAL MENJADI MORAL-SPIRITUAL, di yesus-memurnikan-hukum-pembunuhan-dan-perzinahan-vt612.html#p1392

Yesus menantang “orang-orang saleh” yang merasa layak menghakimi orang-lain

Perzinahan sungguh telah melanda dunia. Baiklah kita terus terang menjawab, berapa banyakkah sisa manusia dunia yang tidak berzinah? Berapa banyakkah pasangan nikah yang masih menyisakan keperawanan dan kejakaan-nya sampai kepada hari nikah nya yang disahkan dihadapan Tuhan? Seberapa banyak orang yang tidak terliba dalam “keinginan meniduri” seorang lawan jenis yang bukan isteri! suaminya? Dan pelecehan seksual? Walau kita terlibat, kita merasa diri kita saleh-saleh saja dari perzinahan. lalu menghakimi dan memporak-perandakan rumah-rumah maksiat yang penuh dengan nafsu-berahi pelacuran’? Ini bukan hal baru.

Dua ribu tahun yang lalu, sejumlah “oranq-oranq pintar & saleh” juga pernah menyeret dan menghadapkan seorang perempuan najis kepada Yesus, Perempuan itu kepergok berbuat zinah, Para ahli Taurat dan Farisi yang saleh-saleh dan tinggi ilmu agama itu bertanya kepada Yesus agar dapat menjebakNya: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah sedang berbuat zinah. Taurat Musa memerintahkan kita untuk melempari (merajam) perempuan demikian Kini apa pendapatMu tentang hal itu?”, Memang, perempuan zinah itu teramat najis dan tak mungkin tidak harus dirajam. Tetapi apa kata Yesus? Dan apa kata hati-nurani Anda mendengar jawaban Yesus yang menjungkir-balikkan “pengadilan orang-orang saleh” tersebut. Yesus berkata: ‘Barangsiapa diantara kamu tidak berdosa. hendaklah ia yang pertama yang melemparkan batu kepada perempuan itu “.

… Dan semua orang-orang saleh itu terbungkam, lalu satu persatu, secara diam-diam, mereka beranjak pergi!

Kenapa pergi?

Karena kini status mereka bukan lagi menjadi pendakwa, tetapi terdakwa.

Dihadapan Yesus mereka semua harus dirajam!

Awas! jangan kita cepat-cepat menyimpulkan kesalahan yang naif, seolah-olah Yesus memberi kelonggaran untuk berzinah. Tidak! Yesus ingin menelanjangi ahli Taurat, Farisi. Anda dan saya yang sok saleh, sok menghakimi. dan sok menghukum dengan perusakan dan pembunuhan. Yesus – seperti dalam kasus “mencungkil mata yang kanan” – kembali menuding ketitik sumbernya, dan tidak memberi peluang bagi sipendosa untuk begitu saja menghukum “dunia-luar”, Kita benar-benar diperingatkan untuk merombak dari dalam diri kita sendiri secara drastis sebelum menghadapkan orang lain untuk dihukum.

“Jangan kamu menghakimi. supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi. kamu akan dihakimi; dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar dimata saudaramu. sedangkan balok didalam matamu tidak engkau ketahui? … Hai orang munafik, luar kan lah dahul balok dari matamu… (Matius 7:1-3,5)

Perempuan zinah itu bisa dan seharusnya diserahkan kepada pemerintah yang sah (Romawi pada waktu itu). dan tidak bisa dibunuh ramai-ramai oleh orang-orang yang samasekali tidak layak mencabut nyawa orang lain. Justru Yesus yang tak berdosa itu, sebenarnya yang layak menghukum, namun la tahu bahwa perempuan itu dapat DISELAMATKAN dengan sentuhan pentobatan. Bila ia dirajam mati, matilah ia dalam dosanya. Tetapi Yesus mengampuninya dan memulihkan kehidupannya, Hidup yang seluruhnya baru, Itu sebabnya Yesus berkata, “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang,” Jadi disini, sekalipun tidak menghukum. namun Yesus sama sekali tidak mengecilkan dosa yang dilakukan oleh perempuan tersebut! (BacaYohanes 8:1-11, lihat artikel yesus-dan-perempuan-yang-berzinah-vt463.html#p923 )

Dengan sekali pukul, Yesus “menelanjangi dan merombak” kehidupan dari dua jenis manusia berdosa yang ada dihadapanNya. Yang satu adalah “orang saleh-saleh” yang binasa dalam kesalehannya ! (Pkh. 7: 15); yang lain adalah “orang najis” yang seharusnya dibinasakan, namun memperoleh rahmat Tuhan karena telah menyesal pasrah dan menggantungkan seluruh imannya kepada Sang Hakim!

Yesus meluruskan poligami dan kawin-cerai

Yesus juga meluruskan pandangan tentang poligami dan tidak membiarkan orang per orang mengikuti nafsu-diri dan tegar-tengkuknya untuk mencari-cari celah berpoligami
Sampai seka rang pun manusia tidak berhenti berdalih bahwa poligami itu bagian dari perbuatan mulia, sejajar dengan menolong, “mensedekah-kan” dirinya kepada perempuan yang belum mandiri atau para janda, atau menyeimbangkan statistik porsi wanita lajang yang berat sebelah. dst….

Pendalihan bahkan berlanjut dengan membawa keabsahan sejumlah nama-nama nabi dan raja yang berpoligami. Padahal poligami nabi-nabi dan praktek menceraikan isteri dimasa lalu tidaklah berarti bahwa Allah pernah melegalkan hal tersebut. Tak ada sepotongpun firman dan izin Allah untuk itu’ Yesus meluruskannya dan menuding asal-usul kesalahan ini sebagai akibat dari ketegaran hati manusia yang cenderung dan tetap memaksakan perceraian dan poligami (Matius19:4-8). Terbukti sampai kinipun orang-orang tetap sama memaksakannya dengan pelbagai dalil.

Yesus memperingatkan agar manusia kembali kepada fitrahnya, yaitu bahwa sejak semula Allah men-design institusi perkawinan dengan mempersatukan satu orang laki-laki kepada satu orang perempuan, sehingga keduanya menjadi satu daging (Matius 19:4,5). “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan oleh manusia” (ayat 6).

Begitu seriusnya persatuan dan kesatuan suami-isteri itu terlihat ketika Yesus mencela kasus perceraian (yang terjadi bukan karena zinah) yang sekalipun sudah terlanjur cerai. namun statusnya masih dianggapNya tetap terikat dalam kesatuan perkawinan. STATUS-QUO ini dicerminkan lewat ayat-ayat sbb:

“Setiap orang yang menceraikan isterinya, maka ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan siapapun yang kawin dengan perempuan yang diceraikan itu. ia berbuat zinah!” (lihat Matius 19:1-9, Markus 10:1-12).

Monogami Yesus
Itulah monogami ajaran Yesus yang tidak berkompromi terhadap pelbagai akal-akalan zinah dan cerai-modern yang mengatas namakan macam-macam istilah dan “kepraktisannya”, antara lain:
– poligami-sosial, demi menolong sidia dan/atau keluarganya;
– kawin-kontrak, demi menghindari zinah kepelacuran, atau melonggarkan ikatan seumur hidup yang sulit diantisipasikan;
– free-sex atas dasar suka sama-suka, tak akan merugikan siapa-siapa; mutlak urusan prive.
– kumpul-kebo, uji-coba perkawinan untuk mengurangi resiko cerai, serta meringankan dosa zinah, dan menghemat biaya perkawinan;
– cerai karena tak cocok, daripada-daripada hidup seperti dineraka; setiap hari berdosa?
– cerai karena mandul, kan kawin itu untuk pembenihan generasi? dll.

Hubungan suami-isteri yang dianggap tidak lagi menguntungkan, melainkan yang membawa penderitaan yang tragis, kini telah menjadi dasar yang absah untuk perceraian Istilah tipuan untuk menjagoi perceraian adalah: DARI PADA. “Daripada-daripada hidup seperti dinereks. lebih baik ….” dan Anda tahu apa terusan kalimatnya! (bercerai. bunuh diri. membunuh sidia. membakar/meracuni … ooh … begitu mengerikan!)

Namun perkawinan yang dianggap gagal belum mesti gagal Paradigma, ekspektasi (harapan) dan usaha, masih bervariasi amat luas yang dapat diteroboskan secara determinatif didalam Tuhan Perkawinan yang “gagal” bukanlah suatu neraka-final. Ia adalah sebuah perjalanan keras hukuman pencobaan berat. Sebaliknya. perceraian yang sukses, bukanlah sebuah sukses kehidupan. Malahan dihadapan mata Tuhan, “perceraian (diluar zinah) yang dianggap sukses” adalah lebih gagal ketimbang “perkawinan yang dianggap gagal” Perceraian- sukses ini bukan keluar dari neraka, melainkan sedang masuk kedalam neraka-zinah, baik bagi suami maupun isterinya. Tidak banyak lagi pasangan yang sadar bahwa itu adalah tipu-daya dan cengkeraman setan.

Kita percaya pasangan yang siap-siap cerai telah berjuang keras dan mencoba segala sesuatu. Mengandalkan teman dan famili, penasihat perkawinan, sampai-sampai kepada “orang-pintar” dan pengacara-perceraian. Namun kita lebih percaya bahwa mereka belum cukup berseru dan melibatkan Yesus yang imanuel, “Allah yang menyertai kita” yang berjanji: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau, dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau” (Ibrani 13:5).

Suami dan isteri yang siap-siap bercerai adalah orang-orang yang rebutan menempatkan dirinya masing-masing sebagai penguasa rumah tangga. Mereka lupa bahwa Tuhanlah kepala-keluarganya yang sejati. sebab cinta dan perkawinan itu adalah design Tuhan Namun Ia tidak dilibatkan dalam kasus yang satu ini secara memadai. dalam kuasa Roh Ku¬dus. Padahal Yesus berjanji bahwa “Bapa akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (Lukas 11: 13). Dan Dia membuktikannya kepada murid-murid-Nya. “Terimalah Roh Kudus” (Yohanes 20:22) yang memampukan murid-murid ini menghadapi segala medan perjuangan tanpa kecuali, hingga mati! Ini adalah kuasa ilahi yang memampukan kita untuk mematahkan supremasi setan, yang tidak bisa kita patahkan sendirian dengan akal Einstein. Sebab, “segala perkara dapat kutanggung didalam Dia (bukan diluarnya) yang memberi kekuatan kepadaku” (Filip 3:14). Terlalu banyak kesaksian yang bisa diberikan, bahwa jiwa yang tak putus-putusnya menjerit memohon belas-kasih Tuhan – Sang designer perkawinan- mendapati rumah tangganya dipulihkan kembali pada saat yang “mustahil”.

5 Tanggapan

  1. amin aja deh

  2. – free-sex atas dasar suka sama-suka, tak akan merugikan siapa-siapa; mutlak urusan prive.
    – kumpul-kebo, uji-coba perkawinan untuk mengurangi resiko cerai, serta meringankan dosa zinah, dan menghemat biaya perkawinan.

    Gimana kalau Triani saya uji-coba dulu, nggak lama-lama paling juga satu bulan, mau nggak nih..

    Kumpul-kebo ko meringankan dosa zinah….kata siapa tuh..
    kata paulus yah…..hahahahahahahah….
    ya embok jangan gito to…Dosa…..

  3. @Domba Tersesat,

    DT:Kumpul-kebo ko meringankan dosa zinah….kata siapa tuh..

    =>Itu adalah kata dari orang yang melakukan kumpul kebo.

    Bacalah dengan teliti penjelasan dalam artikel tersebut: kumpul kebo, kawin kotrak, dll, semua itu adalah akal akalan manusia untuk mengelabui zinah. Monogami yang diajarkan oleh Yesus tidak berkompromi sama sekali dengan akal akalan tersebut.

    Kira kira bisa dimengerti sampai disini, mas DT?

    salam

  4. Domba Tersesat

    Weh. . .weh. . .weh. . .dasar penganut free sex.

  5. […] YESUS BANYAK MENDATANGKAN SENGKETA Posted on 5 May 2010 by Triani Isi artikel ada di sini. This entry was posted in Kristen. Bookmark the permalink. Follow any comments here with the RSS […]

Komentar ditutup.